Renungan: Filipi 3:10,11 “Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Yakub sebagai penolong, yang harapannya pada Tuhan, Allahnya.”
(Mazmur 146:5)
“Kenapa Tuhan?” berseru Karen kepada Tuhan sewaktu doktor memberitahu dia tentang laporan rawatannya. Kekejutan diikuti perasaan marah namun setelah banyak mencurahkan isi hatinya, satu sel pengharapan bergerak di dalam jiwa Karen. Sel itu memampukan dia menghembus pengharapan kepada keluarganya.
Semua sel dalam tubuh Karen terancam barah, dan matanya bagai pudar bulan namun satu sel bersinar terang dan memberi dia pengharapan dalam jiwanya. Semangatnya tidak pernah kendur dan hatinya masih ada pengucapan syukur kepada Tuhan. Dia tidak berasa kalah sekalipun badannya berlebam dan berkuningan kerana pengharapan Bapa Syurgawi telah menghangatkan sel pengharapannya. Dia mengetahui bahawa di syurga, “Dan Ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak akan ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama telah berlalu.” ( Wahyu 21:4)
Dia sering menadah tangannya sambil berdoa, “Ya Tuhan, aku bersyukur atas pengharapan dalam Kristus yang hidup!” Sewaktu tubuhnya melemah dan kedua- dua anaknya serta suami menitis airmata di tepi katilnya, Karen hanya bernafaskan pengharapan kepada mereka. Sel pengharapannya terus menggalakkan dia untuk berharap kepada Tuhan. Dia berdoa bagi mereka dan masa depan mereka kerana sel ini tidak pernah angkat bendera putih.
Ketika semua selnya dikalahkan oleh penyakit barah, sel pengharapannya bersinar semakin terang. Nafas terakhirnya penuh pengharapan kerana Penyelamat mengalu-alukan kedatangannya dan semua anggota keluarganya diserahkan kepada Tuhan dengan penuh beriman. Sekalipun Karen terpaksa pulang ke rumah Tuhan terlebih dahulu, dia telah menguatkan iman keluarganya sehingga mereka terasa terhibur.
Begitu juga sewaktu Rasul Paulus berada dalam penjara, dia sering menafaskan pengharapan. Begitu banyak suratnya bernafaskan pengharapan kepada kita dituliskan menjelang saat-saat terakhir dalam kehidupannya. Membaca surat Paulus yang dituliskan pada akhir riwayat sungguh mengangkat jiwa kita, dan membawa kita ke arena pengharapan yang tidak pernah pudar.
Rasul Paulus berkata, “Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana kau menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati.” (Filipi 3:10,11)
Doa: Tuhan Syurgawi, biarlah sel pengharapan menghembuskan nafas pengharapan kepada aku setiap saat kehidupanku.
Ku Tak Tahu Siapa Menguasai Hari Esok
Aku tak tahu hari esokku, aku tidak berusaha memahaminya Aku tak tahu hari esokku, terangkah atau jadi gelap Aku tak khuatir hari depan, kerana aku tahu perjanjian-Mu Kini aku hanya bersandar pada Diri-Mu yang Maha TahuMakin jalan makin terang, bagai tangga ke syurga Tiap beban semakin ringan, hingga jadi terangDi sana terang benderang, tak ada airmata Anugerah selalu melimpah kerana bersekutu dengan-MuAku tidak tahu hari esokku, mungkinlah kekurangan, Tiap beban makin meringan hingga awan jadi terang Mungkin aku harus berjalan melalui air dan api Tapi Engkau berjalan dahulu, darah-Nya melindungiOh esok, banyak perihal aku tidak berusaha memahami Tapi aku tahu siapa yang menguasaiLebih tahu Engkau memimpin aku
Ira Stamphill
Amen. Harapan kita adalah kepada Tuhan.
Hloo
Amen