top of page

Kisah Benar Tentang Bapa Ku


Pada usia 5 tahun saya kehilangan seorang pribadi yang dipanggil bapa. Masih segar difikiran saya suatu hari ketika Ibu saya sedang membuat persiapan untuk bapa ke luar kota untuk menghantar pelanggannya. Tiba-tiba bapa berkata, bulan ini adalah perayaan Deepavali (perayaan orang-orang India, october 1975) lalu bapa saya berjanji sekembali beliau dari luar kota dia akan membeli kasut buat anak-anaknya (kami 8 orang bersaudara).


Bapa mengambil ukuran kasut kami dengan memakai lidi (kayu lidi), lalu beliau berangkat keluar kota. Tiba-tiba suatu malam ada yang mengetuk pintu rumah kami dengan sangat kuat, Ibu keluar membuka pintu dan kami semua terjaga dari tidur, tiba-tiba saya mendengar teriakan yang sangat kuat (ternyata itu suara Ibu).


Kami mendapat berita bahwa waktu dalam perjalanan ke luar kota bapa saya mengalami kemalangan dan bapa saya di rumah sakit dalam keadaan yang sangat kritikal. Menurut Ibu saya waktu bapa saya terlantar di rumah sakit dia berteriak sambil berkata, "saya tidak mau mati! saya ada 8 orang anak yang harus dijaga."


Keadaan bapa saya sangat kritikal dan tidak dapat di selamatkan lalu tidak lama kemudian bapa meninggal di rumah sakit. Kematiannya merupakan suatu pukulan saya sangat besar buat saya sekalipun usia saya waktu itu hanya lima tahun. Satu hal yang pasti saya tahu bapa saya seorang penyayang, dia begitu mengasihi kami anak-anaknya.


Dalam proses pertumbuhan dari remaja sampai usia dewasa krisis hati bapa selalu menjadi persoalan besar dalam kehidupan saya. Ketika melihat teman-teman yang lain punya bapa dan saya tidak, hal ini selalu menganggu dan membuat saya sangat-sangat sedih, frustrasi dan depresi dalam menjalani kehidupan ini dan bahkan seringkali saya meratapi kejadian yang menimpa kehidupan ini.


Hidup tanpa bapa merupakan suatu siksaan secara emosional dan mental, itu yang saya alami ketika beranjak dari usia remaja ke dewasa. Setiap hari, setiap bulan dan bertahun-tahun saya mengalami siksaan secara mental kerna krisis hati bapa. Rasanya dada ini sesak ada bagian dalam kehidupan saya yang hilang dan saya tahu dengan pasti saya perlu pemulihan hati bapa.


Pada tahun 1994, waktu masih menjalankan pendidikan thelogia di Sekolah ALKITAB - Tawangmanggu (SAT). Di petang hari selesai makan malam waktu dalam perjalanan dari ruang makan menuju ke bilik asrama saya secara tiba-tiba saya merasa ada orang yang memegang bahu saya dan menuntun saya ke gua doa untuk berdoa.


Lalu saya pun mulai berdoa, menangis dan saya tanyakan kepada Tuhan, Tuhan mengapa saya harus melalui kehidupan tanpa ini tanpa bapa? Why Lord, Why? Sambil berdoa, tiba-tiba diruang doa itu saya melihat seorang peribadi yang berdiri dihadapan saya dan berkata, "Anak-Ku akulah Bapamu." Saya menangis dan menangis cukup lama di ruang doa tersebut.


Lalu peribadi itu iaitu Yesus berkata kepada saya, "Anak-Ku, Akulah Bapamu. Datang kepada-Ku, dakaplah Aku." Waktu saya memeluk Peribadi itu, dada yang sesak dari usia remaja sampai bertahun-tahun itu secara tiba-tiba terangkat dan saya merasa suatu ketenangan yang tak terungkapkan dengan kata-kata.


Beberapa minggu sesudah kejadian itu pemimpin Sekolah Alkitab saya berkhotbah tentang kuasa dari dakapan. Lalu beliau juga berkata bahwa sesudah ibadah pemimpin kami mahu memeluk setiap kami dalam ruangan itu. Waktu giliran saya dipeluk, saya kembali ‘breakdown’ menangis dan hancur hati. Sesudah bapa meninggal tidak pernah ada lelaki yang bergelar bapa memeluk saya. Hari itu terobosan (breakthrough) buat saya.


Tuhan memulihkan krisis hati bapa yang tidak pernah saya alami dari usia remaja. Hari itu merupakan suatu turning point dalam kehidupan saya. Saya menyedari Yesus sebagai Bapa dan sekaligus Tuhan dan kekasih dalam kehidupan saya.


Hari itu ketika hati saya dipulihkan oleh Tuhan Yesus saya menyedari dengan sesungguhnya bahwa hidup ini suatu anugerah dan kasih karunia Tuhan yang tak terhingga. Tuhan mempercayakan saya dengan dua orang anak yang luarbiasa dan saya dapat mengasihi mereka dengan semaksimal mungkin kerana kasih Tuhan yang di limpahkan dalam kehidupan saya dan krisis hati bapa tidak lagi menjadi persoalan dan penghalang dalam kehidupan saya lagi.


Hargai bapamu selagi waktu masih mengizinkan, jangan sampai suatu hari nanti anda tersiksa secara emosional dan mental atas kesalahan yang anda buat dan akibatnya boleh menjadi sangat fatal.


Penyesalan tidak akan mengubah keadaan tetapi menyedari dan membetulkan yang salah dalam kehidupanmu yang akan mengubah hidupmu dan anda akan diwarnai oleh kasih dan hati Bapa di surga. Selamat Hari Bapa 2022 Oleh Pr Matthew Singh

Comments


bottom of page